Harga Perak (XAG/USD) turun setelah mencapai level tertinggi lima bulan di $34,23 pada hari Selasa(19/3), diperdagangkan di sekitar $33,70 per troy ounce selama jam perdagangan Eropa pada hari Rabu. Penurunan terjadi karena para investor Perak mengambil jeda menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (Fed) di kemudian hari.
Para pedagang kemungkinan akan memantau proyeksi ekonomi terbaru Fed untuk mendapatkan wawasan tentang lintasan suku bunga AS di masa mendatang. suku bunga yang lebih tinggi cenderung membebani permintaan untuk aset yang tidak memberikan bunga seperti Perak, sehingga membatasi potensi kenaikannya.
Setiap sinyal hawkish dari para pembuat kebijakan Fed dapat memperkuat Dolar AS (USD), sehingga membuat Perak berdenominasi Dolar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing. Hal ini dapat menciptakan hambatan tambahan untuk logam mulia abu-abu tersebut.
Namun, risiko penurunan harga Perak tampak terbatas karena meningkatnya permintaan safe haven yang didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik. Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali komitmen pemerintahannya untuk melakukan aksi militer terhadap Houthi Yaman dan memperingatkan bahwa Iran akan dimintai pertanggungjawaban atas gangguan lebih lanjut terhadap pengiriman di Laut Merah. Sementara itu, serangan udara Israel di Gaza, yang mengakhiri gencatan senjata selama seminggu, mengakibatkan sedikitnya 200 korban, menurut otoritas kesehatan Palestina, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.
Meski demikian, ketegangan geopolitik sedikit mereda setelah Presiden Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa sepakat untuk segera menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi di tengah perang Ukraina. Namun, Putin menolak untuk mendukung gencatan senjata yang lebih luas selama sebulan yang dinegosiasikan oleh tim Trump dengan pejabat Ukraina di Arab Saudi.(ads)
Sumber: FXSreet
