
Yogyakarta, PT Rifan Financindo Berjangka – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia mengalami defisit sebesar Rp153,7 triliun hingga Agustus 2024. Defisit ini mencerminkan selisih antara pendapatan negara yang lebih rendah dibandingkan belanja negara. Meskipun defisit tersebut masih berada dalam batas yang direncanakan, pemerintah terus memantau kondisi fiskal untuk memastikan stabilitas ekonomi nasional.
Faktor Penyebab Defisit APBN
Salah satu faktor utama yang menyebabkan defisit APBN adalah tingginya kebutuhan belanja pemerintah dalam berbagai sektor, termasuk infrastruktur, kesehatan, dan subsidi energi. Di sisi lain, penerimaan negara dari pajak dan pendapatan non-pajak belum sepenuhnya mencapai target yang diharapkan, sebagian besar karena tantangan global yang memengaruhi perekonomian domestik.
Kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, seperti fluktuasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, turut mempengaruhi penerimaan negara. Selain itu, pengeluaran yang lebih besar untuk penanganan pandemi serta pembangunan infrastruktur juga memberikan tekanan pada anggaran.
Upaya Pemerintah Mengatasi Defisit
Meskipun defisit APBN cukup signifikan, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyusun beberapa langkah untuk menyeimbangkan keuangan negara. Salah satunya adalah dengan memperkuat upaya pengumpulan pajak, memperbaiki efisiensi belanja negara, serta meningkatkan penerimaan dari sumber-sumber lain seperti dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sri Mulyani juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas fiskal dan menerapkan kebijakan yang hati-hati dalam mengelola utang negara. Defisit yang terukur dan sesuai rencana dianggap masih dapat dikendalikan, selama pemerintah mampu menjaga kepercayaan pasar dan keberlanjutan ekonomi dalam jangka panjang.
Proyeksi Ekonomi Ke Depan
Ke depan, pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin menguat sehingga penerimaan negara dapat meningkat dan menekan defisit APBN. Kebijakan fiskal yang berfokus pada stimulus ekonomi, peningkatan produktivitas, serta pengembangan sektor-sektor strategis diharapkan mampu mendorong pendapatan negara.
Namun, Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa pemerintah harus tetap waspada terhadap ketidakpastian global yang dapat memengaruhi perekonomian Indonesia. Dengan menjaga kebijakan fiskal yang disiplin dan berkelanjutan, diharapkan defisit APBN dapat ditekan dan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga.
Kesimpulan
Defisit APBN sebesar Rp153,7 triliun hingga Agustus 2024 menunjukkan tantangan fiskal yang dihadapi pemerintah di tengah dinamika ekonomi global dan kebutuhan belanja negara yang tinggi. Dengan kebijakan yang hati-hati dan langkah-langkah strategis, pemerintah berharap dapat mengatasi defisit ini sekaligus menjaga stabilitas ekonomi.